Politik warisan budaya

Warisan Budaya: Bukan Sekadar Masa Lalu, Melainkan Arena Politik Masa Kini

Warisan budaya seringkali dipandang sebagai peninggalan masa lalu yang indah, netral, dan patut dilestarikan. Namun, di balik keindahan candi, naskah kuno, atau tradisi adat, tersimpan dinamika politik yang kompleks. Warisan budaya bukanlah entitas pasif, melainkan arena aktif tempat kekuasaan, identitas, dan narasi dipertarungkan.

Identitas dan Kekuasaan:
Pemerintah atau kelompok dominan seringkali memilih dan menonjolkan warisan tertentu untuk membangun identitas nasional yang diinginkan. Pemilihan ini dapat memperkuat narasi sejarah yang menguntungkan, memperkokoh legitimasi kekuasaan, atau memupuk rasa persatuan. Sebaliknya, warisan budaya kelompok minoritas atau yang dianggap bertentangan dengan narasi resmi bisa diabaikan, dimarjinalkan, atau bahkan dihancurkan. Ini adalah bentuk kontrol atas memori kolektif dan representasi diri suatu bangsa.

Ekonomi dan Diplomasi:
Selain identitas, aspek ekonomi dan diplomasi juga berperan besar. Situs warisan budaya yang diakui secara internasional (misalnya oleh UNESCO) menjadi magnet pariwisata, mendatangkan pendapatan besar bagi negara. Di tingkat global, warisan budaya menjadi alat diplomasi lunak (soft power), di mana negara mempromosikan budayanya untuk membangun citra positif dan memperkuat hubungan internasional. Namun, hal ini juga bisa memicu persaingan antarnegara dalam klaim atau kepemilikan warisan.

Konflik dan Kontroversi:
Politik warisan budaya juga memunculkan konflik. Perdebatan mengenai siapa pemilik sejati suatu artefak, interpretasi yang berbeda terhadap sejarah suatu situs, atau hak-hak masyarakat adat atas warisan mereka seringkali menjadi isu sensitif. Misalnya, tuntutan repatriasi artefak yang diambil pada masa kolonial adalah contoh nyata bagaimana masa lalu terus membentuk ketegangan politik di masa kini.

Kesimpulan:
Memahami warisan budaya berarti memahami dimensi politik yang melekat padanya. Warisan budaya jauh dari netral; ia adalah cerminan dari perjuangan kekuasaan, identitas, dan narasi yang terus berlangsung. Penting bagi kita untuk melihat warisan budaya tidak hanya sebagai peninggalan, tetapi sebagai arena hidup yang membutuhkan pengelolaan yang adil, inklusif, dan menghargai keberagaman suara.

Exit mobile version