Politik bahasa daerah dilupakan

Ketika Politik Melupakan Lidah Ibu: Ancaman Punahnya Bahasa Daerah

Bahasa adalah cerminan jiwa sebuah bangsa, penjaga kearifan lokal, dan penanda identitas budaya. Di Indonesia, kekayaan linguistik ini terwujud dalam ribuan bahasa daerah yang hidup dan berkembang selama berabad-abad. Namun, di balik keragaman itu, tersimpan kecemasan mendalam: banyak bahasa daerah kini berada di ambang kepunahan, seringkali akibat kelalaian politik dan kebijakan yang kurang berpihak.

Fenomena ini bukan semata-mata proses alamiah, melainkan juga hasil dari prioritas politik yang bergeser. Fokus yang terlalu kuat pada bahasa nasional sebagai alat pemersatu, tanpa diimbangi upaya serius melestarikan bahasa daerah, telah menciptakan jurang. Alokasi anggaran yang minim untuk pendidikan bahasa daerah, kurangnya integrasi dalam kurikulum nasional, serta minimnya dukungan media dan ruang publik untuk penggunaannya, adalah wujud nyata dari "politik pelupaan" ini. Globalisasi dan urbanisasi mempercepat proses ini, namun tanpa kebijakan afirmatif, bahasa daerah kehilangan benteng pertahanan terakhirnya.

Hilangnya sebuah bahasa daerah bukan sekadar lenyapnya deretan kata, melainkan musnahnya seluruh cara pandang, sejarah lisan, mitologi, dan kearifan yang terkandung di dalamnya. Identitas komunal tergerus, ikatan generasi melemah, dan warisan tak ternilai yang dibentuk selama ribuan tahun sirna begitu saja. Ini adalah kehilangan kolektif bagi kemanusiaan, bukan hanya bagi komunitas pemilik bahasa tersebut.

Maka, sudah saatnya politik kembali memeluk "lidah ibu." Diperlukan kebijakan yang lebih kuat dan konkret, mulai dari integrasi bahasa daerah dalam pendidikan sejak dini, insentif bagi pegiat budaya, hingga dukungan media massa untuk mempromosikan penggunaannya. Revitalisasi bahasa daerah harus menjadi agenda nasional yang serius, bukan sekadar program sampingan. Melindungi bahasa daerah berarti melindungi kekayaan budaya bangsa, memastikan identitas kita tetap utuh di tengah arus globalisasi, dan mewariskan jiwa bangsa kepada generasi mendatang.

Exit mobile version