Politik Pengangguran dan Solusi Palsu: Menguak Ilusi dan Realitas
Pengangguran adalah masalah sosial-ekonomi yang kompleks, namun seringkali menjadi arena pertempuran politik. Di sinilah lahir ‘politik pengangguran’, di mana isu ini dimanipulasi, dan solusi yang ditawarkan kerap kali palsu, bertujuan lebih pada keuntungan elektoral daripada kesejahteraan rakyat.
Bagi politisi, angka pengangguran bisa menjadi senjata ampuh. Tingginya angka pengangguran digunakan untuk menyerang lawan politik sebagai bukti kegagalan, atau sebaliknya, menjadi janji manis untuk meraih simpati pemilih. Narasi yang dibangun seringkali menyederhanakan masalah, mengalihkan perhatian dari akar masalah struktural yang lebih dalam seperti minimnya investasi, ketidaksesuaian pendidikan dengan kebutuhan pasar, atau birokrasi yang rumit.
Dalam konteks ini, muncullah "solusi palsu". Solusi ini biasanya bersifat populis, jangka pendek, dan tidak menyentuh inti persoalan. Contohnya bisa berupa program pelatihan masif tanpa jaminan penempatan kerja, proyek mercusuar yang tidak menciptakan lapangan kerja berkelanjutan bagi masyarakat lokal, atau bahkan retorika yang menyalahkan individu (misal: "kurang giat", "tidak mau berwirausaha") tanpa melihat kondisi sistemik yang membatasi.
Solusi palsu ini mungkin memberikan kesan "bekerja" dan meredam gejolak sesaat. Namun, tujuannya lebih sering untuk pencitraan politik dan meredam krisis popularitas, bukan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan. Dana besar bisa terkuras, tetapi masalah pengangguran struktural tetap membayangi, bahkan memburuk. Masyarakat yang berharap seringkali kecewa, dan siklus frustrasi berulang.
Politik pengangguran dengan solusi palsunya adalah siklus yang merugikan bangsa. Masyarakat harus lebih kritis, menuntut transparansi, dan mendesak pemerintah untuk menghadirkan solusi yang komprehensif, berbasis data, dan berorientasi jangka panjang. Solusi sejati datang dari kebijakan yang terintegrasi, investasi di sektor produktif, reformasi pendidikan, dan penciptaan ekosistem ekonomi yang kondusif, bukan sekadar janji kosong atau program instan yang hanya memperpanjang ilusi harapan.