Politik gereja ditolak

Politik Gereja: Mengapa Ditolak dan Seruan Kembali ke Iman Sejati

Gereja, sebagai rumah ibadah dan pusat komunitas rohani, seharusnya menjadi tempat yang memancarkan kedamaian, persatuan, dan kasih. Namun, seringkali kita menyaksikan fenomena yang mengganggu: masuknya ‘politik gereja’ yang justru menimbulkan perpecahan dan kekecewaan. Penolakan terhadap praktik ini semakin nyaring disuarakan oleh jemaat dan para pemerhati.

Politik gereja bukan tentang pelayanan atau penyebaran nilai-nilai luhur, melainkan seringkali merujuk pada perebutan kekuasaan, intrik jabatan, atau upaya segelintir individu untuk mengendalikan arah dan sumber daya gereja demi kepentingan pribadi atau kelompok. Praktik ini bertolak belakang dengan esensi ajaran agama yang menekankan kerendahan hati, pengorbanan, dan fokus pada hal-hal spiritual.

Akibatnya, jemaat merasa tercerabut dari akar spiritual mereka. Gereja yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan sumber inspirasi, justru berubah menjadi medan pertarungan kepentingan. Hal ini tidak hanya mengikis kepercayaan jemaat terhadap institusi gereja, tetapi juga memecah belah komunitas, mengalihkan fokus dari misi ilahi, dan pada akhirnya, menghambat pertumbuhan rohani individu maupun kolektif.

Penolakan terhadap politik gereja adalah seruan tulus untuk kembali pada esensi iman. Ini adalah panggilan bagi para pemimpin dan seluruh jemaat untuk memprioritaskan pelayanan, persatuan, dan kemurnian tujuan gereja. Ketika gereja kembali menjadi mercusuar spiritual yang bebas dari intrik duniawi, barulah ia dapat memenuhi panggilannya yang sejati: membawa damai, harapan, dan kasih bagi dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *